RELIC – Pasar modal sering kali digambarkan sebagai tempat untuk melipatgandakan kekayaan, tapi ada juga pemula yang belum tau apa itu saham gorangan.
Bahkan bagi mereka yang tidak berhati-hati, pasar saham juga bisa menjadi tempat yang kejam untuk kehilangan uang dalam sekejap.
Salah satu fenomena yang paling sering memakan korban, terutama di kalangan investor pemula (newbie), adalah terjebak dalam saham gorengan.
Banyak investor tergiur dengan kenaikan harga yang tidak masuk akal dalam waktu singkat, tanpa menyadari bahwa ada permainan manipulasi di baliknya.
Memahami apa itu saham gorengan bukan sekadar menambah wawasan, melainkan langkah pertahanan wajib untuk menjaga kesehatan portofolio investasi Anda.
Apa Itu Saham Gorengan?
Secara definisi sederhana, saham gorengan adalah saham perusahaan yang kenaikan harganya direkayasa atau dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu—sering disebut sebagai “Bandar” atau Market Maker—demi tujuan meraup keuntungan pribadi yang besar.
Kenaikan harga pada saham jenis ini tidak didasarkan pada kinerja fundamental perusahaan yang solid, seperti laba yang meningkat atau ekspansi bisnis yang nyata. Sebaliknya, pergerakan harganya murni hasil dari permainan permintaan (demand) dan penawaran (supply) semu yang diciptakan oleh bandar.
Mengapa Disebut “Gorengan”?
Istilah ini diambil dari analogi makanan jajanan Indonesia. Pisang atau tempe yang “digoreng” di minyak panas akan menjadi renyah, wangi, dan sangat menarik selera dalam waktu singkat. Namun, gorengan jika dikonsumsi berlebihan tidak baik untuk kesehatan.
Begitu pula dengan saham ini:
- Digoreng: Saham yang tadinya “tidur” atau tidak aktif, tiba-tiba menjadi sangat aktif dan harganya melonjak (matang).
- Menarik Selera: Kenaikan harga yang drastis (bisa puluhan persen dalam sehari) memancing investor ritel untuk ikut “makan”.
- Tidak Sehat: Karena tidak didasari nilai fundamental (gizi), saham ini berpotensi merusak kesehatan finansial Anda jika harganya tiba-tiba dibanting turun.
Biasanya, sasaran empuk untuk dijadikan saham gorengan adalah saham lapis tiga (third liner) yang memiliki kapitalisasi pasar (market cap) kecil dan likuiditas rendah. Mengapa? Karena saham kecil membutuhkan modal yang jauh lebih sedikit bagi bandar untuk menggerakkan harganya dibandingkan saham blue chip seperti BBCA atau BBRI.
Mekanisme Pergerakan: Bagaimana Bandar “Menggoreng” Saham?
Untuk bisa menghindari jebakan ini, Anda perlu memahami cara berpikir dan bekerja sang sutradara di balik layar. Pola pergerakan saham gorengan umumnya mengikuti siklus klasik yang disebut Pump and Dump. Berikut adalah fase-fasenya:
1. Fase Akumulasi (Pengumpulan)
Ini adalah tahap “senyap”. Bandar mulai membeli saham target secara bertahap dalam periode tertentu. Mereka menjaga agar harga tidak naik signifikan supaya tidak memancing perhatian publik. Seringkali, harga saham dibuat bergerak sideways (datar) dalam waktu lama hingga bandar menguasai mayoritas barang yang beredar di pasar.
2. Fase Markup (Penggorengan/Pump)
Setelah bandar memegang barang yang cukup banyak, aksi dimulai. Mereka melakukan transaksi jual-beli semu (memakai akun-akun nominee mereka sendiri) untuk menciptakan volume palsu. Harga saham mulai diterbangkan naik. Di tahap ini, sering muncul berita-berita positif yang tidak jelas sumbernya atau rumor “proyek besar” untuk memancing investor ritel.
3. Fase Distribusi (Jebakan FOMO)
Saat harga sudah tinggi dan masuk dalam radar Top Gainers, investor ritel mulai panik takut ketinggalan (Fear of Missing Out atau FOMO). Ritel mulai masuk membeli saham tersebut. Di sinilah bandar melakukan distribusi: mereka menjual saham yang mereka beli di harga bawah kepada investor ritel yang sedang euforia membeli di harga pucuk.
4. Fase Markdown (Banting Harga)
Setelah bandar selesai jualan dan keluar dari pasar dengan keuntungan besar, tidak ada lagi yang menjaga harga saham tersebut. Harga akan jatuh bebas (terjun payung), sering kali hingga menyentuh batas Auto Rejection Bawah (ARB) berhari-hari. Investor ritel yang terlambat keluar akhirnya “nyangkut” dengan kerugian besar.
Ciri-Ciri Saham Gorengan yang Wajib Diketahui
Bagaimana cara membedakan saham yang naik karena kinerja bagus dengan saham yang sedang digoreng? Berikut adalah indikator utamanya:
1. Kenaikan Harga Tidak Wajar Tanpa Dukungan Fundamental
Jika sebuah perusahaan yang laporan keuangannya rugi terus-menerus tiba-tiba harga sahamnya naik 100% dalam seminggu tanpa ada aksi korporasi yang jelas, itu adalah lampu merah. Saham gorengan sering bergerak berlawanan dengan kondisi fundamentalnya.
2. Volume Transaksi yang Aneh
Saham yang biasanya sepi transaksi (hanya ribuan lot per hari), tiba-tiba melonjak menjadi jutaan lot tanpa alasan yang jelas. Seringkali, volume tinggi ini hanya terjadi di sesi awal perdagangan untuk memancing ritel, lalu menghilang di sesi akhir.
3. Antrian Bid dan Offer yang Tidak Wajar
Bandar sering memasang “tembok palsu”. Anda mungkin melihat antrian beli (Bid) yang sangat tebal, memberikan kesan bahwa banyak orang ingin membeli saham ini. Padahal, itu adalah order bandar sendiri yang bisa dicabut (withdraw) kapan saja. Tujuannya hanya untuk memberikan rasa aman palsu kepada ritel agar berani masuk.
4. Sering Masuk Radar UMA (Unusual Market Activity)
Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki sistem pengawasan. Jika saham bergerak terlalu liar, BEI akan memberikan notifikasi UMA. Meskipun UMA tidak serta merta berarti ada pelanggaran, namun apa itu saham gorengan dan contohnya sering kali berkaitan erat dengan saham-saham yang langganan terkena status UMA atau suspensi sementara.
Contoh Kasus dan Pola (Tanpa Menyebut Merek)
Untuk menjawab pertanyaan tentang apa itu saham gorengan dan contohnya, kita bisa melihat pola historis tanpa perlu menuduh emiten tertentu saat ini (karena status bisa berubah).
Sebagai contoh pola umum:
- Saham “Zombie”: Saham yang sudah bertahun-tahun tidur di harga Rp50 (harga terendah di pasar reguler lama), tiba-tiba bangkit dan naik hingga Rp200 dalam sebulan, lalu kembali tidur ke Rp50 selamanya.
- Saham “Pom-Pom”: Saham yang ramai dibicarakan oleh influencer saham di media sosial dengan janji target harga fantastis, padahal perusahaannya tidak memiliki aset yang berharga atau bahkan kantornya tidak jelas keberadaannya.
Risiko Fatal Berinvestasi di Saham Gorengan
Banyak pemula mencoba peruntungan dengan mental “copet” (masuk cepat, keluar cepat). Namun, risikonya sangat fatal:
- Modal Terkunci (Nyangkut): Anda membeli di harga tinggi, lalu harga turun drastis dan tidak pernah kembali naik. Uang Anda menyusut hingga 50-80%.
- Tidak Bisa Jual (Likuiditas Hilang): Saat fase dumping, semua orang ingin menjual tapi tidak ada yang mau membeli. Anda melihat harga turun setiap hari tanpa bisa keluar.
- Suspensi dan Delisting: Jika manipulasi pasar terbukti parah atau perusahaan bangkrut, BEI bisa menghentikan perdagangan saham tersebut (suspensi) bahkan menghapusnya dari bursa (delisting). Uang Anda bisa hilang 100%.
Bagaimana Cara Menghindari Saham Gorengan?
Melindungi modal adalah aturan nomor satu dalam investasi. Berikut adalah langkah-langkah konkret mengenai bagaimana cara menghindari saham gorengan:
1. Selalu Cek Analisis Fundamental
Jangan membeli “kucing dalam karung”. Sebelum membeli, buka laporan keuangan perusahaan. Cek apakah perusahaan mencetak laba? Bagaimana rasio utangnya (DER)? Apakah Valuasinya (PER/PBV) masuk akal? Saham gorengan biasanya memiliki valuasi yang sangat mahal (overvalued) dan fundamental yang rapuh.
2. Hindari Saham dengan Kapitalisasi Pasar Terlalu Kecil
Meskipun tidak semua saham small cap adalah gorengan, namun risikonya lebih tinggi. Sebagai pemula, lebih aman bermain di saham Big Caps (LQ45) atau Second Liner yang memiliki fundamental jelas dan sulit dimanipulasi oleh satu pihak saja.
3. Jangan Terjebak FOMO dan “Pom-Pom” Influencer
Jika Anda mendengar rekomendasi saham di grup Telegram, WhatsApp, atau Instagram dengan iming-iming “pasti naik besok”, abaikan saja. Bandar sering menggunakan influencer untuk memanggil massa agar mereka bisa jualan (distribusi).
4. Perhatikan Profil Risiko dan Likuiditas
Lihatlah riwayat transaksi saham tersebut (chart). Apakah pergerakannya wajar dan membentuk tren yang rapi? Atau grafiknya seperti “jarum suntik” (naik tinggi lalu turun tajam dalam satu hari)? Hindari grafik bentuk jarum suntik.
5. Pantau Notifikasi Bursa
Rajin-rajinlah mengecek pengumuman dari BEI. Jika saham yang Anda incar baru saja terkena UMA atau suspensi karena lonjakan harga tidak wajar, itu adalah sinyal bahaya yang sangat jelas.
Kesimpulan
Memahami apa itu saham gorengan adalah pondasi penting bagi setiap investor yang ingin bertahan lama di pasar modal Indonesia. Saham gorengan menawarkan ilusi keuntungan instan, namun pada kenyataannya, ia adalah instrumen transfer kekayaan dari investor ritel yang tidak sabaran kepada bandar yang penuh perhitungan.
Kunci untuk selamat dari jeratan ini adalah edukasi dan pengendalian emosi. Fokuslah berinvestasi pada perusahaan yang memiliki bisnis nyata, produk yang jelas, dan manajemen yang terpercaya.
Ingatlah bahwa dalam investasi, keuntungan yang konsisten dan risiko yang terukur jauh lebih berharga daripada perjudian sesaat yang bisa menghabiskan seluruh modal Anda. Jadilah investor cerdas, bukan spekulan yang menjadi korban pasar.
FAQ: Pertanyaan Umum Tentang Saham Gorengan
1. Apakah kita bisa untung dari saham gorengan? Secara teknis bisa, jika Anda masuk di awal fase markup dan keluar sebelum fase dumping. Namun, ini membutuhkan keahlian technical analysis tingkat tinggi, kedisiplinan ketat, dan keberuntungan. Bagi pemula, risikonya jauh lebih besar daripada potensi keuntungannya.
2. Apa ciri fisik paling mudah mengenali saham gorengan? Ciri paling mudah adalah volatilitas harga yang ekstrem yang tidak sejalan dengan berita atau kinerja perusahaan. Jika saham perusahaan yang merugi tiba-tiba naik 25% (ARA) berhari-hari, hampir pasti itu sedang “digoreng”.
3. Apakah saham gorengan ilegal? Praktik manipulasi pasar (market manipulation) adalah tindakan ilegal menurut Undang-Undang Pasar Modal. Namun, pembuktiannya sering kali sulit dan kompleks. Sahamnya sendiri adalah saham sah yang terdaftar di bursa, namun pergerakan harganya yang dimanipulasi adalah hal yang dilarang.
4. Bagaimana cara menghindari saham gorengan bagi pemula? Cara terbaik adalah dengan membatasi investasi Anda hanya pada saham-saham indeks LQ45 atau IDX30. Saham-saham dalam indeks ini memiliki kapitalisasi pasar besar dan fundamental yang relatif lebih terjamin, sehingga sangat sulit untuk digoreng oleh bandar.
5. Apa itu saham gorengan dan contohnya yang sering terjadi? Contoh polanya adalah saham-saham yang baru IPO (Initial Public Offering) yang harganya terbang ratusan persen di minggu pertama lalu anjlok di bawah harga IPO, atau saham “gocap” (harga Rp50) yang tiba-tiba bangkit sebentar lalu tidur lagi. Hindari menyebut merek spesifik untuk menghindari spekulasi, namun pelajari polanya melalui grafik historis saham third liner.